Pengunjung


Makalah ~ Managemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah

• UnduhKlik di sini

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
BERBASIS MADRASAH PADA
MAN 01 BAE KUDUS


MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Siti Zumaroh, M.Pd

 Disusun oleh

Agus Munif ( 076011518 )
Dwi Santi Sofiyana ( 076011523 )
Jazuli ( 076011551 )
M. Busro ( 076011535 )


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVESITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN 2010


Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Madrasah
Pada MAN 01 Bae Kudus
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan bagi masyarakat dipandang sebagai “ Hukum Investation” ini berarti secara historis maupun filosofis pendidikan telah ikut mewarnai serta menjadi landasan moral dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Salah satu bukti autentiknya sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan nasional sebagai tercermin dalam undang-undang, sistem sasaran utama pendidikan sebagaimana di tegaskan Bab 1 pasal 1 UU RI no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional , bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan negara.
Sekolah merupakan suatu organisasi yang menyelenggarakan pendidikan secara formal bagi peserta didik. Namun sekolah bukan satu-satunya yang menyelenggarakan pendidikan, karena masih ada institusi keluarga dan pendidikan luar sekolah, untuk dapat mengoptimalisasi pendidikan peserta didik, maka diperukan kolaborasi, bukannya menyerahkan penddikan peserta didik pada sekolah saja. Bagaimanapun, pelembagaan pendidikan tidak hanya apa yang disampaikan pada institusi pendidikan formal sejak pra sekolah sampai pada berbagai mana jenis pendidikan tinggi. Proses belajar mengajar erat sekali meskipun hubungannya dengan lingkungan atau suasana dimana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak aspek seperti gaya belajar fasilitas yang tersedia, pengaruh iklim kelas sangat penting. Hal ini beralasan karena ketika peserta didik belajar di ruang kelas, lingkungan kelas, baik lingkungan fisik atau non fisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan mengganggu mereka.
B. Landasan Teori
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa da bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu restasi manajer, dan para profesional, dan para profesional dituntut oleh suat kode etik.
Menurut Gulick manajemen menjadi suatu ilmu, jika teori-teorinya mampu menuntut manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa yang dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinan mereka meramalkan akibat dari tindakan-tindakannya. Sedangkan menurut Marry Parker Follet manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang.
Iklim demokrasi yaitu suasana atau kondisi suatu kelas yang kegiatannya melibatkan semua orang yang ada di kelas itu dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa berhak memilih strategi pembelajaran yang mereka inginkan, sehingga guru tidak dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan proses pembelajaran.
Sedangkan pendidikan demokratis merupakan pembelajaran yang dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang kritis dan aman, menghidupkan dialog dan keikutsertaan seluruh pihak. Karena itu, sekolah demokratis dicirikan dengan keterlibatan guru, murid, pimpinan sekolah, staf, orangtua atau masyarakat dalam hal-hal yang berkaitan dengan tata kelola sekolah ( School Governance ) dan perbuatan keputusan tentang proses dan pelayanan pendidikan ditingkat sekolah yang seharusnya dipandu dengan nilai-nilai dan proses yang demokratis.

C. Permasalahan dalam Implemetasi
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan antara lain :
a. Kurang adanya iklim kelas yang demokratis
b. Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah masih bersikap otoriter.


D. Solusi
a. Kurang adanya iklim kelas yang demokratis
Dalam kenyataan banyak guru yang kurang bahkan tidak memperhatikan peranan iklim kelas dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Banyak guru yang masih takut dalam menerapkan gaya kepemimpinan otoriter, sehingga iklim kelas yang terbentuk juga kaku. Kekuasaan kelas sepenuhnya dipegang oleh guru, mereka tidak terfikir dengan caranya itu siswa akan menjadi tertekan dan menjadi terhambat untuk berkreasi. Seperti yang dinyatakan Berliner bahwa iklim kelas yang ditandai dengan kehangatan, demokrasi, dan keramahtamahan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi peserta didik. Namun demikian, jarang sekali para guru menerapkan kepemimpinan demokratif dalam kelas, kalaupun diterapkan, frekuensinya sangat kecil.
Iklim kelas yang baik tentunya tidak serta muncul dengan sendirinya ,tetapi disebabkan oleh beberapa faktof, yaitu profesionalisme guru dalam menjalin interaksi dengan siswa, maka semakin baik iklim kelas yang terbentuk dan dengan sendirinya akan semakin tinggi prestasi belajar siswa. Pembentukan iklim sosial kelas sangat bergantug pada variasi hubungan guru – murid serta alur penerimaan informasi dan komunikasi yang kesemuanya dinaungi dalam sebuah gaya kepemimpinan seorang guru baik yang mengikuti kepemimpinan terpusat ( sentralistik ), maupun gaya kepemimpinan yang demokratis.
Sikap yang demokratis akan lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar mengajar optimal siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

b. Gaya kepemimpinan kepala sekolah masih bersifat otoriter
Sikap mental para pengelola pendidikan baik yang memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin bergerak karena perintah sedangkan yang memimpin bertindak dengan tidak memberikan kesempatan untuk maju, tidak memberikan tugas yang menantang, dan lebih banyak memberikan perintah, akibatnya bawahannya menjadi pasif, tidak bersemangat, dan kurang kreatif. Seorang pemimpin selain memberikan motofasi, pengarahan tetapi seorang pemimpin dapat meminta masukan dan saran dari bawahan sebelum membuat keputusan.
Seorang pemimpin harus bersifat demoktatis supaya apa yang diharapkan dapat tercapai jika seorang pemimpin bersifat demokratis antara pemimpin dan yang dipimpin ada komunikasi dan keterbukaan sehingga antara yang memimpin dan yang dipimpin mempunyai rasa tanggungjawab terhadap tugasnya.

E. Penutup
a. Simpulan
1. Sikap yang demokratis akan lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling mempercayai, sikap itu dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar mengajar yang optimal sehingga siswa belajar secara produktif baik pada saat di awasi guru maupun tidak diawasi guru.
2. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat otoriter harus diubah menjadi demokratis supaya antara pemimpin dan yang dipimpin ada komunikasi dan keterbukaan sehingga mereka mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.

b. Saran
1. Gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang otoriter harus dirubah menjadi kepemimpinan demokratis supaya antara pemimpin dan yang dipimpin ada komunikasi dan keterbukaan sehingga mereka mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.
2. Hendaknya setiap guru menciptakan iklim demokrasi di dalam kelas sehingga siswa berhak memilih strategi pembelajaran yang mereka inginkan.
3. Perlu ditingkatkan kinerja guru, motivasi guru serta bekerjasama antara Kepala Sekolah dengan guru dan bekerja keras agar manajemen mutu pendidikan dapat terlaksana secara optimal.



c. Kata Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi para pembaca khususnya pemakalah. Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi besar harapan kami kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat memyempurnakan makalah ini.

F. Daftar Pustaka
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2004
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang Undang-undang Sisdiknas, 2003, Jakarta : Sinar Grafika, 2003.
Zumaroh Siti, Manajemen Lembaga Pendidikan, Universitas Wahid Hasyim, Semarang, 2009
Rozikun Ahmad, Namaduddin, Manajemen Berbasis Madrasah, PT. Lista Fariska Putra, Jakarta, 2008
Anonim, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan / Kultur Sekolah, Depdiknas, Hand Out Pelatihan Calon Kepala Sekolah, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar